fbpx
langitselatan
Beranda » Matahari-Bumi, Bukan Satu-Satunya Pasangan Pendukung Kehidupan

Matahari-Bumi, Bukan Satu-Satunya Pasangan Pendukung Kehidupan

Keingintahuan manusia akan apa yang ada di luar Bumi selalu mengarah pada pertanyaan adakah Bumi lain di luar sana? Mungkinkah ada Matahari lain yang membentuk Bumi yang mirip dengan Bumi kita? Topik inilah yang juga diangkat dalam serangkaian presentasi di XXVII General Assembly of the International Astronomical Union (IAU) di Brazil.

Seberapa jarangkah kehidupan di alam semesta ini? Inilah yang coba diangkat dan diteliti oleh para ahli dari berbagai bidang seperti biologi, geologi, fisika, astronomi maupun astrobiologi. Keberadaan kehidupan di Bumi menjadikan kita sebagai penghuninya mencoba mencari jawabannya. Mungkin salah satunya adalah uniknya hubungan Bumi – Matahari yang memberikan kesempatan bagi kehidupan untuk tumbuh dan berkembang. Lantas bagaimana dengan bintang lainnya? adakah hubungan serupa yang membawa pertumbuhan kehidupan?

Matahari yang kita lihat sehari-hari bak bola api raksasa yang seakan dapat menelan kita. Bola api yang menakutkan dengan berat 300000 kali berat Bumi. Ia memancarkan sejumlah besar energi dan melontarkan gumpalan plasma panas jutaan kilometer ke ruang angkasa. Radiasi yang sangat kuat dari sumber energi ini bisa sangat fatal bagi obyek lain yang ada di dekatnya. Tapi bagi Bumi, yang mengorbit pada jarak yang aman dari letupan-letupan yang bisa menghacurkan serta terhindar dari kondisi untuk bermandikan radiasi, Matahari justru menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan. Saat ini di usianya yang tak lagi muda yakni 4,5 milyar tahun, Matahari sudah jadi lebih tenang meninggalkan keliaran masa mudanya di belakang.

Kondisi Matahari dalam usia yang berbeda. Kredit : IAU / Guinan
Kondisi Matahari dalam usia yang berbeda. Kredit : IAU / Guinan

Edward Guinan, professor astronomi di Villanova University di USA bersama rekannya telah mempelajari bintang seperti Matahari yang berada pada siklus kehidupan awal dan akhir sebagai jendela asal mula kehidupan di Bumi sekaligus indikator kehidupan yang mungkin muncul di suatu tempat di alam semesta. Penelitian yang dilakukan Edward mengungkapkan Matahari pada usia mudanya berotasi 10 kali lebih cepat (sekitar 4 milyar tahun lalu) dibanding rotasinya saat ini. Semakin cepat bintang berotasi maka kerja dinamo magnetik di inti bintang akan semakin keras sehingga terbentuk medan magnet yang kuat. Akibatnya Matahari muda ini memancarkan sinar X dan radiasi ultra ungu beberapa ratus kali lebih kuat dibanding saat ini.

Tim lainnya yang dipimpin Jean-Mathias Grießmeier dari ASTRON, Belanda, meneliti tipe lainya dari medan magnetik yang mengelilingi planet. Mereka menemukan keberadaan medan magnetik planetari memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan potensi kehidupan di planet lain. Medan magnetik planetari ini berfungsi untuk melindungi planet dari efek badai partikel saat bintang melontarkan massanya dari korona dan serangan terus menerus dari partikel angin bintang.

Menurut Grießmeier “Medan magnet planetari sangat penting karena mereka dapat melindungi planet dari kedatangan partikel bermuatan sehingga dapat menjaga atmosfer planet agar tidak ditiup. Selain itu medan magnetik juga berperan sebagai pelindungterhadap sinar X berenergi tinggi. Kurangnya medan magnetik intrinsik di Mars bisa jadi merupakan penyebab Mars tidak memiliki atmosfer saat ini.”

Baca juga:  Ledakan Kehidupan Setelah Hujan Meteor

Guinan juga menambahkan “Matahari tampaknya bukan bintang paling sempurna untuk munculnya kehidupan. Meskipun memang sulit untuk ditentang mengingat kesuksesan Matahari dalam menopang kehidupan di Bumi”.

Hasil penelitian Guinan justru menunjukkan kalau bintang yang dapat menopang planet yang pas untuk kehidupan selama 10 milyar tahun adalah katai oranye yang lebih kecil dan lambat dengan masa hidup lebih panjang dari Matahari yakni 20-40 milyar tahun. Bintang yang dikenal juga dengan sebutan bintang K ini merupakang bintang stabil dengan zona habitasi tetap berada di area yang sama selama 10 milyar tahun. Bintang ini juga 10 kali lebih banyak dari Matahari dan memiliki potensi habitat untuk tumbuhnya kehidupan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Tak hanya itu, Guinan juga menemukan Bumi bukan satu-satunya model planet dimana kehidupan bisa tumbuh berkembang. Planet yang 2 – 3 kali lebih masif dari Bumi dengan gravitasi yang lebih besar dapat menahan atmosfer dengan lebih baik. Selain itu planet-planet tipe ini memiliki inti cairan besi yang lebih besar sehingga medan magnetiknya juga lebih kuat dalam melindungi planet dari serbuan sinar kosmik. Planet yang lebih besar juga lebih lambat untuk mendingin dan mengatur perlindungan magnetiknya.

Penelitian lain juga datang dari Manfred Cuntz dari University of Texas, di Arlington, USA. Bersama rekan-rekannya, ia meneliti kerusakan serta efek radiasi ultra ungu dari Bintang pada molekul DNA. Dari penelitian ini, mereka mempelajari efek pada potensi lain bentuk kehidupan ekstraterrestrial berbasis karbon di zona habitasi disekeliling bintang lain.

Menurut Cuntz, “Kerusakan signifikan yang terkait dengan sinar ultraungu terjadi dari UV-C yang dihasilkan dalam jumlah besar di fotosfer bintang F yang lebih panas dan di kromosfer bintang oranye dingin tipe-K dan juga di bintang merah tipe-M.”

Matahari sendiri merupakan bintang menengah yang ada di kelas G dan berwarna kuning. Bisa jadi lingkungan sinar ultraungu dan sinar kosmik di sekeliling bintanglah yang menentukan tipe kehidupan seperti apa yang bisa muncul di sekelilingnya.

Rocco Mancinelli, astrobiologis dengan SETI-nya di USA, menyatakan saat kehidupan terbentuk di Bumi 3,5 milyar tahun lalu, ia harus bisa menahan serangan radiasi ultraungu dari Matahari selama 1 milyar tahun sebelum oksigen dilepaskan oleh kehidupan yang terbentuk dan membentuk lapisan pelindung ozon. Mancinelli juga mempelajari DNA untuk dapat menyelidiki strategi perlindungan terhadap sinar ultraungu yang berevolusi di masa awal terbentuknya kehidupan dan tetap berlangsung sampai saat ini.

Seandainya ada kehidupan di sistem planet lain, kehidupan itu juga harus berjuang terhadap radiasi dari bintang induknya. Ini dilakukan untuk memperbaiki sekaligus melindungi organisme dari kerusakan yang dapat ditimbulkan sinar ultraungu.

Radiasi ultraungu menurut Mancinelli merupakan mekanisme selesi dimana ketiga domain kehidupan yang ada saat ini memiliki strateg perlindungan yang sama terhadap sinar ultraungu, yakni perbaikan mekanisme DNA, perlindungan di air dan di bebatuan. Dan semua ini masih meninggalkan jejaknya sampai saat ini tidak tersapu di masa awal Bumi.

Baca juga:  Sekilas Peristiwa Langit Tahun 2020

Sampai saat ini para peneliti memang belum mengetahui apakah kehdupan itu memang ada dimana-mana dan mudah ditemukan, namun Guinan menyimpulkan, “Periode kemampuan diamnya kehidupan di Bumi sudah hampir berakhir – dalam skala waktu kosmologi. Dalam setengah milyar sampai satu milyar tahun lagi, Matahari akan semakin cerlang dan makin menghangatkan Bumi. Pada kondisi ini air akan sulit untuk berada pada kondisi cair, sehingga Bumi pun akan mengalami efek “runaway greenhouse” kurang dari 2 milyar tahun.”.

Sumber : IAU

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

11 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • sepanjang yang kita ketahui, satu-satunya unsur kehidupan yg paling vital adalah adanya air dalam bentuk cair…dimanapun ditemukan air dalam bentuk cair…sangat mungkin ditemukan adanya kehidupan ditempat tersebut…karena Alloh menciptakan segala sesuatu yg hidup dari (atau pasti mengandung ) air ( QS 21 ayat 30)…jadi kalau air dalam bentuk cair itu adalah sesuatu yg umum di jagat raya maka kehidupan adalah sesuatu yg umum juga di jagat raya…namun kehidupan itu diciptakan, bukan ada dg sendirinya (QS 67 ayat 2), dan ada atau tidak adanya kehidupan di suatu tempat itu sangat tergantung kepada sang pencipta (Alloh)…kalau sang pencipta berkehendak menciptakan kehidupan di tempat tersebut…ya pasti ada…kalau tidak… ya tidak ada, meskipun di situ ada air dalam bentuk cair…masalahnya adalah ketidak-tahuan kita yg mengharuskan kita mendatangkan bukti yg konkrit, tidak sekedar perkiraan semata yg seperti selama ini kita lakukan…ketika ditemukan air dalam bentuk cair di suatu sudut di jagat raya tidak semestinya kita lantas membanyangkan sesuatu bentuk makhluk menurut imajinasi kita seakan-akan makhluk itu benar-benar ada, difilmkan lagi …itu suatu kebohongan…atau ketika ditemukan bakteri atau apalah , makhluk bersel satu, di suatu planet, asteroid, komet, meteor, atau apalah lalu singgah di/menabrak bumi…lantas kita mengatakan bahwa kehidupan (diantaranya manusia) berasal dari situ…ini berlebihan… seakan-akan kehidupan yg beragam dan kompleks ini adalah hasil dari perkembangan bermilyar tahun dari makhluk bersel satu tersebut…menafikan peran sang pencipta…
    Alloh telah menciptakan malaikat dan jin, dua makhluk yg goib (yg dlm bentuk aslinya tidak dapat dideteksi oleh panca indra dan akal manusia) tapi dapat menjelma menjadi bentuk apa saja (termasuk menjelma menjadi/menyerupai manusia) sehingga dapat diindra oleh panca indra dan akal manusia…dua makhluk ini tidak hanya ada di bumi saja, tapi juga ada di langit…kalau ada penampakan UFO, atau yg semacamnya, maka barang kali makhluk inilah (yakni jin) yang sebenarnya kita indra

  • Ingat bahwa Ilmu Pengetahuan dan agama dalam hal ini Islam, kadang kadang tidak sejalan. Ilmu Pengetahuan yang menciptakan adalah manusia dan agama nabawi(Islam, Kristen & Yahudi) yang menciptakan adalah langsung dari Allah SWT melalui Rasul Rasulnya.Salah satu alasan kenapa Ilmu pengetahuan kadang kontradiktif dengan agama adalah karena manusia yg menciptakan ilmu pengetahuan hanya mempunyai setitik air pengetahuan Allah SWT dibanding samudra luas pengetahuan punya Allah SWT. Tapi kita manusia tidak diharamkan untuk membuka tabir pengetahuan milik Allah SWT, malah diperintahkan untuk meng explore nya untuk tujuan supaya kita lebih menghayati bahwa Allah SWT itu Maha Agung dan Maha Besar.

    Saya setelah membaca artikel-artikel di langitselatan.com ini jadi semakin memahami bahwa bumi kita hanya sebuah atom dibanding alam semesta yang Allah SWT ciptakan. Masihkan kita masih bersombong diri ?. Jadi kalau di analogikan misal Allah SWT menciptakan sebuah benda bernama Alam Semesta, bumi hanya jadi sebuah Atom di benda ciptaan Allah SWT tersebut

  • keren saya sangat suka dengan topik yg d bhs d langit selatan coz topikx selalu baru dan hangat. pertahankan terus agar ke depanx langit selatan lebih baik lagi

  • wow 🙂 mangstab deh topik2 yang di bahas..awal nya cuma baca soal kontroversi pendaratan di bulan doang..jadi nya malah asik ubek2 artikel di sini hihihi..

  • BINTANG KATAI ADA DI SEBELAH UTARA , SELATAN , TIMUR ATAU BARAT SIH ??? …. DAN SEKARANG BERWARNA APA YAA …?? ….. AKU PINGIN LIAT EUI….

  • kalau memang ada kehidupan di belahan dunia yang lain, ada juga nabi dan agama lain dong….
    Mungkinkah juga ada TUHAN yang lain?

  • dulu saya kira matahari di alam semesta cuma ada 1 yg setiap hari kita lihat itu…. ternyata ada milyaran di alam semesta ini. Pasti ada kehidupan lain di alam ini, tapi klo spesies MANUSIA saya yakin cuma ada di bumi aja