fbpx
langitselatan
Beranda » Ledakan Raksasa Menyingkap Keberadaan Magnetar

Ledakan Raksasa Menyingkap Keberadaan Magnetar

Sebuah ledakan besar akhirnya berhasil menemukan jalannya ke Bumi setelah berkelana melintasi ribuan tahun di angkasa. Ledakan ini diketahui dari XMM-Newton and Integral Space Observatories milik ESA, dan para astronom pun berhasil menemukan bintang mati yang berasal dari kelompok yang sangat jarang, yakni, kelompok magnetar.

Ilustrasi Magnetar. Kredit :NASA, SGR0501+4516 burst data
Ilustrasi Magnetar. Kredit :NASA, SGR0501+4516 burst data

Sinar X dari ledakan raksasa ini tiba di Bumi, 22 Agustus 2008, dan memicu sensor otomatis pada International Swidt Satelit milik NASA menyala. dua belas jam kemudian XMM-Newton mulai mengumpulkan radiasinya untuk dapat mempelajari spektrum peluruhan dalam ledakan magnetar dengan lebih detil.

Letupan tersebut berakhir dalam 4 jam, dan sepanjang waktu tersebut ratusan letupan kecil berhasil diukur. Nanda Rea dari Universitas Amsterdam yang memimpin tim untuk meneliti kejadian ini menyatakan, magnetar merupakan kondisi materi yang ekstrim yang tidak dapat diproduksi di Bumi.

Magnetar merupakan objek dengan kemagnitan yang sangat kuat di alam semesta. Medan magnetnya berada dalam kisaran 10 ribu juta kali lebih kuat dari Bumi. Jika magnetar secara ajaib muncul pada setengah jarak Bumi-Bulan, maka tak dapat disangkal pada saat itu medan magnetna akan menghapus smeua detil kartu kredit yang ada di bumi.

Magnetar yang muncul dan ditangkap XMM-Newton ini dikenal dengan nama SGR 0501+4516, dan diperkirakan berada pada jarak 15000 tahun cahaya. Magnetar ini sama sekali tidak dikeal sampai letupannya mengungkap keberadaannya sendiri. Ledakan atau letupan tersebut terjadi pada saat konfigurasi medan magnetik si magnetar tidak stabil sehingga mendorong kerak magnetar dan materi yang ada pun meluap keluar dalam ledakan vulkanik yang sangat eksotis. Kekusutan yang terjadi antara materi yang ada dan medan magnet kemudian bisa mengubah konfigurasi yang ada dan melepas lebih banyak energi.

Lima hari setelah ledakan besar, Integral mendeteksi keberadaan sinar-X berenergi tinggi datang dari ledakan tersebut, dalam rentang yang bisa dilihat XMM-Newton. Sinar-X berenergi tinggi itu kemudian gilang dalam 10 hari dan diperkirakan sebagai akibat perubahan konfigurasi magnetik si magnetar. Ledakan magnetar bisa memberikan energi yang sama banyaknya dengan flare matahari, meskipun lokasinya jauh melintasi Galaksi sedangkan Matahari berada tak jauh dari kita.

Sinar-X berenerdi tinggi dari SGR 0501+4516 yang diamati Integral.  Kredit: ESA/INTEGRAL/IBIS-SIGRI (Rea et al. 2009)
Sinar-X berenerdi tinggi dari SGR 0501+4516 yang diamati Integral. Kredit: ESA/INTEGRAL/IBIS-SIGRI (Rea et al. 2009)

Bagaimana magnetar bisa terbentuk? Sampai saat ini, ada dua ide yang dikemukakan mengenai pembentukan magnetar. Ide yang pertama menyatakan, magnetar berasal dari inti yang sangat kecil yang tersisa saat bintang magnetk mati. Namun bintang dengan kemagnitan yang besar sangatlah jarang. Hanya ada beberapa di galaksi kita. Ide lainnya menyatakan, sepanjang proses kematian bintang normal, bagian kecil intinya akan mengalami percepatan dan menjadikannya dinamo yang memperkuat medang magnernya dan kemudian berubah menjadi magnetar.

Saat ini para astronom lebih meyakini ide yang pertama, namun masih belumm ada bukti nyata yang bisa memperkuat dugaan tersebut. Seandainya ada magnetar dalam kluster galaksi bintang dengan kemagitan besar, maka buktinya bisa didapat.

Baca juga:  Infografik: Pembentukan Tata Surya

Sampai saat ini, hanya ada 15 magnetar yang diketahui keberadaannya dalam galaksi kita. SGR 0501+4516 merupakan tipe pertama dari “soft gamma repeater”, satu dari 2 tipe magnetar yang ditemukan setelah pencarian selama satu dekade.

Pencarian pun terus dilanjutkan dengan menantikan ledakan besar berikutnya. Dan untuk SGR 0501+4516, tim peneliti akan menelitinya kembali tahun depan dengan XMM-Newton dengan harapan dapat melihat objek tersebut pada keadaan yang lebih tenang bukan dalam kondisi ledakan, sehingga penelitian dapat dilakukan terhadap kondisi tenang setelah badai menerpa.

Sumber: ESA
Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

2 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini