fbpx
langitselatan
Beranda » Materi Yang Hilang Di Alam Semesta Ditemukan

Materi Yang Hilang Di Alam Semesta Ditemukan

Materi yang hilang di alam semesta berhasil ditemukan oleh tim peneliti dari Jerman dan Belanda menggunakan satelit sinar X milik Eropa, XMM-Newton. Wah bagaimana caranya?

Galaksi Abell 222 dan Abell 223 yang dihubungkan oleh filamen gas panas berkerapatan rendah.

Pengamatan dilakukan terhadap filamen gas panas yang menghubungkan dua kelompok (cluster) galaksi, dan sepertinya gas panas ini merupakan bagian dari materi barryonik yang hilang, Keberadaan gas panas dengan temperatur 10 000 – 10 000 000 derajat, juga dikenal sebagai medium antar galaksi yang cukup panas. Gas tipis tersebut 10 tahun lalu diprediksikan sebagai bagian dari materi kelam (gelap) yang hilang. Gas yang berada pada temperatur yang sangat tinggi dan kerapatan yang sangat rendah seperti ga panas yang ditemukan tersebut memang sulit untuk dideteksi. Beberapa kali usaha untuk mengamati gas ini si masa lalu selalu berakhir dengan kegagalan.

Bagaimana gas yang jarang ini bisa ditemukan? Pengamatan dilakukan pada sepasang cluster galaksi yakni Abell 222 dan Abell 223 menggunakan XMM Newton. Hasil pengamatan menunjukan ada jembatan yang menghubungkan kedua cluster galaksi tersebut. Setelah dilakukan pengamatan intensif, akhirnya diperkirakan kalau gas itu merupakan bagian terpanas dan rapat dari hamburan gas di jaringan kosmik, yang sekaligus merupakan bagian yang hilang dari baryonic materi kelam.

Sebagian besar materri dan energi di alam semesta memang masih belum dikenal dan diketahui, karena itu disebut materi kelam dan energi kelam. Energi kelam mengisi 72% dari seluruh energi di alam semesta, sementara 23 % dari total materi yang ada ternyata terbentuk dari materi kelam yang disusun oleh partikel berat yang maish menunggu untuk ditemukan. Sisa materi yang 5% lagi di alam semesta ternyata terbentuk dari materi yang sudah kita kenal, yakni materi yang juga kita temui di Bumi dan membentuk bintang dan planet. Materi tersebut terdiri dari proton dan neutron – yang disebut baryon – dan elektron, yang kesemuanya membangun sebuah atom. Tapi tetap saja dari materi yang 5 % itu, masih ada materi baryonic yang hilang.

Jembatan yang dideteksi menghubungkan Abell 222 dan Abell 223 diperkirakan memang merupakan bagian dari materi baryonik yang hilang tersebut. Materi di alam semesta terdistribusi dalam struktur yang mirip jaringan dan cluster galaksi memang merupakan simpul padat di dalam jaringan kosmik ini. Selama 10 tahun para astronom berpikir kalau materi baryonick yang hilang itu merupakan gas yang panas dengan kerapatan rendah yang bisa menembus struktur filamen jaringan kosmik. Sehingga gas tersebut sangat sulit dideteksi karena kerapatannya yang sangat renggang. Gas langka ini juga bisa ditemukan karena struktur geometri kedua cluster galaksi tersebut.

Kalau dilihat dari Bumi, filamen yang menghubungkan ke dua galaksi terlihat sejajar dari garis pandang kita, sehingga seluruh emisi dari filamen terkonsentrasi di satu area kecil di langit, dan memungkinkan pendeteksian. Observasi sebelumnya, pada level sensitivitas lebih rendah hanya memperkenankan para astronom mendeteksi cluster dan beberapa grup galaksi, simpul terpadat di jaringan. Sensitivitas pada level yang lebih tinggi sekarang bisa didapat melalui pengamatan dengan menggunakan XMM Newton, sehingga kabel yang menghubungkan jaringan kosmik pun bisa teramati.

Baca juga:  Penemuan Molekul Organik di Piringan Protoplanet

Penemuan materi yang hilang ini pada kenyataannya merupakan satu langkah maju dalam memahami distribusi materi dalam struktur skala besar alam semesta.

Sumber : A&A press release

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

8 komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini

  • wow. benar-benar suatu kemajuan. Padahal awalnya aku kira materi yang ‘hilang’ ini nggak akan pernah ditemukan. hebat !

  • aku pgn nanya,, sbenernya, gmn sih cara penamaan komet itu ??
    biasanya kan penamaaan komet darii orang yang ptama kli mlihat komet tsbt,
    dan bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui , mana komet yang sudah dinamai atau belum ?

    makasi..

  • untuk penamaan komet :
    1. Kamu harus jadi orang pertama yang diketahui mendeteksi komet tersebut.
    2. Kirim penemuan itu ke IAU untuk medaftarkan objek tersebut.
    3. Komet akan dinamai berdasarkan nama penemunya.

    Bagaimana mengetahui komet yang sudah dinamai atau belum bisa dilihat dari Catalogue Of Cometary Orbits. Dan jika objek yang ditemukan itu memang belum pernah dilihat orang lain dan dilaporkannya, maka kamu bisa jadi penemunya dan kometnya bisa dinamai sesuai namamu.

  • Oh ya,
    Kalo komet dinamai berdasarkan orang yg prtama kali lihat, mengapa kalo planet atau benda lainya banyak yg dinamai dengan tokoh yunani kuno? Apakah mereka yg prtama kali lìhat eah?
    Teruz bima sakti, bukankah itu tokoh dari jawa, dan bukankah galaxy kita sudah diberi nama milky way. Mengapa berbeda?

    Jawab eah, aku kagak mudeng,,

  • bagaimana cara para astronom mengetahui materi dan energi di alam semesta terdiri juga dari materi dan energi kelam? serta bagaimana cara mereka menentukan besaran (prosentase) materi kelam? mohon tautan ke artikel yg berkaitan, trima kasih sebelumnya

  • bagaimana para astronom mengetahui bahwa materi dan energi di alam semesta terdiri juga dari materi dan energi kelam? dan bagaimana mereka memperkirakan prosentase/besaran materi dan energi kelam? adakah tautan yg berkaitan dgn hal ini, terima kasih sebelumnya