fbpx
langitselatan
Beranda » Mungkinkah AA Tauri Menjadi Kunci Kehidupan Lain?

Mungkinkah AA Tauri Menjadi Kunci Kehidupan Lain?

Sejumlah besar gas organik sederhana dan uap air ditemukan di daerah yang diperkirakan merupakan area pembentukan planet di Bintang yang masih bayi oleh Teleskop Spitzer milik NASA. Penemuan tersebut juga disertai bukti kalau molekul-molekul tersebut terbentuk disana. Spitzer juga menemukan air di area yang sama disekitar 2 bintang muda lainnya.

Bintang yang masih sangat muda, dikelilingi piringan gas dan debu. Piringan ini berisi materi dasar pembentuk planet batua seperti Bumi. Kredit Gambar :NASA/JPL-Caltech

John Carr dari Naval Research Laboratory, Washington, dan Joan Najita dari National Optical Astronomy Observatory, Tucson, Ariz., mengembangkan teknik baru untuk mengukur dan menganalisa komposisi kimia gas dalam piringan proto planet dengan spektograf inframerah milik Spitzer. Piringan tersebut merupakan piringan pipih gas dan debu yang mengelilingi buntang muda. Dipercaya, kalau piringan ini menyediakan materi pembentuk planet dan satelit yang kemudian akan berevolusi menjadi sistem keplanetan yang mengorbit bintang seperti Tata Surya.

Sebagian besar materi yang ada di dalam piringan ini adalah gas, namun sampai saat ini masih sulit untuk dipelajari komposisi gas di dalam area dimana seharusnya planet tersbentuk. Untuk itu perhatian yang lebih besar justru diberikan pada partikel debu yang padat yang lebih mudah untuk diamati. Dalam proyek ini, Carr dan Najita memilih untuk mengamati dan meneliti gas pada area pembentukan planet di piringan sekitar bintang AA Tauri. Kurang dari 100 juta tahun lalu, AA Tauri merupakan contoh tipe bintang muda yang memiliki piringan protoplanet.

Dengan teknik baru tersebut, Carr dan Najita akan dapat mendeteksi setiap menit tanda-tanda spektrum untuk 3 molekul organik sederhana, yakni hidrogen sianida, acetilene dan karbondioksida, serta ditambah dengan uap air. Sebagai tambahan, substansi tersebut justru lebih banyak ditemukan di piringan dibanding pada gas antar bintang yang rapat atau awan molekular yang merupakan asal dari piringan tersebut. Awan molekular memang menyediakan materi dasar yang akan membentuk piringan proto planet. dengan demikian ini menjadi bukti keberadaan organik kimia aktif di dalam piringan yang membentuk dan menambah molekul-molekul tersebut.

Spektograf infra merah Spitzer pernah mendeteksi gas organik yang sama sebelumnya. Namun pengamatannya sangat bergantung pada orientasi piringan bintang pada posisi yang tepat. Tapi sekarang, sudah ada metode baru untuk meneliti dan mempelajari campuran gas primordial dalam piringan ratusan sistem bintang muda.

Dengan kemajuan ini, astronom akan bisa mengisi gap yang ada. Saat ini sudah diketahui air dan organik berlimbah di medium antar bintang tapi apa yang terjadi pada mereka setelah mereka membentuk piringan. Apakah molekul-molekul ini akan hancur, tetap terjaga atau justru makin bertambah di dalam piringan? Sekarang, molekul-molekul tersebut bisa diidentifikasi dan diinventaris sehingga akan bisa didapat pemahaman yang lebih baik tentang cikal bakal dan evolusi dasar munculnya kehidupan. Darimana kehidupan itu muncul dan bagaimana mereka berevolusi.

Baca juga:  Hancurnya Potensi Kehidupan di Sistem Keplanetan Katai Merah

Selain Carr dan Najita, tim lain yang juga menggunakan kemampuan spektroskopik Spitzer mencari molekul air di piringan sekitar bintang muda dan sudah dua kali menemukannya. Penelitian yang dilakukan Colette Salyk, mahasiswa geological and planetary sciences di California Institute of Technology, Pasadena, menunjukan kalau ini untuk pertama kalinya ada beberaa kali penemuan keberadaan uap air yang ditunjukan secara langsung memang ada di bagian dalam piringan proto planet.

Salyk dan koleganya menggunakan Spitzer untuk mengamati lusinan bintang muda dengan piringan proto planet dan menemukan air di bebrapa tempat. Mereka kemudian mengambil 2 bintang dan melakukan penelitian yang lebih seksama untuk mendeteksi keberadaan air disana dnegan menggunakan Teleskop Keck II di Hawaii. Menuru Geoffrey Blake, professor cosmochemistry and planetary sciences di Caltech, “Sementara kita tidak mendeteksi air sebanyak yang ada dilautan di Bumi, secara esensi kita hanya bisa melihat permukaan piringan. Implikasi penemuan ini adalah adanya kemungkinan air yang cukup berlimpah di piringan tersebut. Ini merupakan sebuah cerita besar. Tidak sekedar satu atau dua piringan saja”

Carr juga menambahkan,” Dengan data pengamatan Spitzer di masa mendatang, kita akan dapat membangun pemahaman yang lebih baik tentang distribusi dan kelimpahan air maupun materi organik pada piringan pembentuk planet.”

Spitzer memang bisa mengenali tanda keberadaan air di berbagai objek. Dengan demikian ini akan menjadi awal yang baru untuk kembali belajar.

Sumber : JPL NASA

Avivah Yamani

Avivah Yamani

Tukang cerita astronomi keliling a.k.a komunikator astronomi yang dulu pernah sibuk menguji kestabilan planet-planet di bintang lain. Sehari-hari menuangkan kisah alam semesta lewat tulisan dan audio sambil bermain game dan sesekali menulis makalah ilmiah terkait astronomi & komunikasi sains.

Avivah juga bekerja sebagai Project Director 365 Days Of Astronomy di Planetary Science Institute dan dipercaya IAU sebagai IAU OAO National Outreach Coordinator untuk Indonesia.

Tulis Komentar

Tulis komentar dan diskusi di sini